Para filosof, psikolog, penulis  dan cendikiawan telah banyak mendefiniskan dan mempertanyakan memori.  Pertanyaan yang paling sering muncul adalah: Bagaimana otak dapat  menyimpan memori? Bagaimana seseorang dapat mengingat informasi tertentu  dan lupa akan informasi lainnya? Bisakah manusia meningkatkan kemampuan  memorinya? Apa kapasitas memori itu? Memori seringkali menimbulkan  kontroversi dalam hal keakuratan. Seorang saksi mata kejahatan menjadi  kunci utama dalam menentukan status tersangka bersalah atau tidak  bersalah. Para pakar pikologi sependapat bahwa manusia tidak selalu  mengingat atau memanggil kembali memorinya berdasarkan kejadian yang  benar-benar dialaminya, dengan kata lain kejadian yang belum tentu  benar-benar terjadi mungkin saja dapat dianggap sebagai memori yang  sebenarnya.
1. Memori Dalam Tinjauan Psikologi
Ilmu  Psikologi mendefinisikan memori sebagai sebuah proses pengkodean,  penyimpanan, dan pemanggilan kembali informasi (retrieval) oleh manusia  dan organisme lainnya. Pengkodean berkaitan dengan presepsi awal dan  pengenalan
informasi.  Penyimpanan berkaitan dengan penyusunan dan penataan informasi yang  diterima dari waktu ke waktu. Sedangkan retrieval adalah proses  pemanggilan dan pemakaian kembali informasi-informasi yang telah  tersimpan. Seseorang yang dengan baik dapat memanggil kembali informasi  pengalaman sebelumnya yang tersimpan memiliki keselarasan dalam ketiga  proses pengolahan informasi, sebaliknya kesalahan memori, sebagai contoh  lupa akan ingatan menunjukkan adanya jalur yang terputus dari  langkah-langkah memori. Secara teoritis memori dapat dikelompokkan ke  dalam tiga tipe, yaitu : sensory memory, short-term atau working memory,  dan long-term memory (Encharta, 2003).
a. Sensory Memory
Sensory  memory mengacu pada kondisi awal, perekaman informasi sementara di  sistem sensor. Ketika manusia melihat sebuah kejadian, maka sebagian  kejadian khususnya penglihatan terakhir akan tetap berada di sistem  penglihatan. Jenis sensory memory ini disebut iconic memory yang mengacu  pada keberadaan informasi pengelihatan biasa sebagaimana yang  diinterpretasikan oleh rangkaian sistem pengelihatan. Echoic memory  merupakan istilah untuk fenomena yang sama, namun dialami oleh indra  pendengaran atau telinga seolah-olah terngiang di kepala. Sistem indra  lain yang juga diasumsikan memiliki sensory memory adalah indra peraba,  pengecap, dan pembau, walaupun para peneliti kurang mempelajari indra  tersebut lebih jauh.
Seorang psikolog Amerika, George Sperling  mendemonstrasikan keberadaan sensory memory pada sebuah eksperiment di  tahun 1960. Sperling meminta subyek penelitian untuk melihat pada layar  kosong, dan kemudian menampilkan 12 huruf dalam suatu susunan dengan  kecepatan seper duapuluh detik. Kemudian subyek diminta untuk  menyebutkan susunan huruf tersebut dengan tepat, namun subyek hanya  mampu menyebutkan huruf dan posisi sebagian saja. Pengujian berikutnya  disertai dengan penggunaan bantuan suara penyebutan huruf dengan nada  yang berbeda untuk posisi tiap huruf. Hasilnya subyek penelitian secara  akurat dapat menyebutkan huruf dan posisinya.
Sistem sensory memory  umumnya berfungsi di luar kesadaran dan menyimpan informasi untuk waktu  yang singkat. Iconic memory hanya bertahan kurang dari satu detik, dan  echoic memory bertahan lebih lama yaitu sekitar 3-4 detik. Informasi  dalam sensory memory akan hilang kecuali informasi tersebut menarik  perhatian kita dan memasuki areal working memory.
b. Short-Therm Memory atau Working Memory
Para  psikolog umumnya menggunakan short-therm memory untuk mengacu pada  kemampuan otak untuk menyimpan informasi secara sementara. Seiring  dengan berkembangnya konsep short-therm memory lebih dari sekedar  informasi yang disimpan secara sementara, para psikolog mendefinisikan  istilah baru yaitu working memory yang saat ini lebih banyak digunakan  untuk sistem yang lebih luas, yaitu penyimpanan, manipulasi, dan  penggunaan informasi yang tersimpan itu sendiri. Kemampuan working  memory seringkali diuji dengan cara sebagaimana baik seseorang mampu  mengingat daftar kata.
Working memory memiliki keterbatasan yang  mendasar, yaitu hanya dapat menyimpan informasi yang terbatas pada suatu  waktu. Banyak metode yang digunakan untuk mencoba mengatasi keterbatasn  working memory, salah satunya adalah membuat singkatan yang mudah  dimengerti tentang sederetan nama atau kata. Working memory sangat  oenting peranannya dalam proses berpikir, seperti memecahkan soal  matematika perkalian di luar kepala. Secara individu kapasitas working  memory sesorang berbeda satu dengan lainnya. Kapasitas working memory  juga bervariasi terhadap umur, seorang anak yang tumbuh dewasa akan  berkembang juga kapasitas working memory-nya dan kemudian menurun  kembali di usia tua. Kapasitas working memory seringkali dikaitkan  dengan intelegensitas (sebagaimana yang diukur dalam uji kecerdasan).  Sehingga semakin besar kapasitas working memory sesorang, maka semakin  cerdaslah dia.
c. Long-Term Memory
Istilah long-term memory  pada umumnya digunakan untuk menggambarkan sistem dalam otak yang  menyimpan banyak informasi yang secara relatif memiliki dasar yang  berkelanjutan, seperti ketika sesorang bermain bola, ingatan akan menu  makan siang kemarin, siapa saja mantan pacar, menyanyikan lagu favourit,  informasi semacam itu dan keterampilan, disimpan di dalam long-therm  memory.
Para psikolog memiliki beberapa teori yang berbeda mengenai  cara informasi disimpan dalam long-therm memory. Teori paling  tradisional, memandang bahwa informasi memasuki area short-therm memory  terlebih dahulu, setelah diproses baru kemudian memasuki area long-therm  memory. Pandangan lain menyatakan bahwa short-therm memory dan  long-therm memory merupakan sistem yang pararel dan bukanya serial,  sehingga informasi dapat terdaftar secara simultan pada short-therm  memory dan long therm memory.
Long-therm memory sepertinya memiliki  kapasitas yang terbatas, sesorang dapat belajar dan mempertahankan fakta  serta keterampilan sepanjang umur mereka. Walaupun orang dewasa  cenderung menurun kamampuan otaknya untuk mengingat sesuatu, namun tetap  mendapatkan pengayaan dari peristiwa di masa tua mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar